Mabiga / Renungan 12 Februari 2021
Bahasa Indonesia
“Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.”Bahasa Batak
Dung i disomba nasida ma Ibana jala mulak tu huta Jerusalem, marlas ni roha situtu.”
Pada dasarnya, tidak ada satupun manusia yang mengharapkan peristiwa perpisahan. Perpisahan selalu berada dalam kesedihan dan hal yang berat serta menguras emosi bagi mereka. Terlebih, ketika perpisahan itu kepada orang yang sangat dikasihi. Perasaan yang sangat sedih itu muncul dikarenakan kenangan yang tercipta dengan seiring berjalannya waktu baik dalam segala sukacita maupun dukacita yang telah dihabiskan bersama. Apalagi, jika perpisahan itu adalah perpisahan yang tidak memingkin adanya pertemuan kembali. Misalnya, ketika orang yang sangat kita kasihi harus pergi menghadap penciptaNya untuk selama-lamanya.
Tetapi, peristiwa berpisahnya Yesus dengan murid-muridnya tidak memberikan gambaran seperti itu, namun sebaliknya. Para murid saat itu berada di Yerusalem. Sebelumnya mereka kebingungan dan putus asa karena wafatnya Yesus. Namun saat itu mereka sudah berubah.Respon murid-murid Yesus yang sebelumnya dilingkupi perasaan sedih, saat itu bersukacita. Dan bukan hanya itu saja, para pengikut Yesus saat itu berani secara terbuka memuji-muji Allah di Bait Allah. Sukacita dan pujian terus memenuhi hati murid-murid Yesus.
Tentu hal ini menjadi hal yang membingungkan untuk kita dan menimbulkan pertanyaan. Apa yang menjadi dasar sukacita para murid didalam perpisahan mereka dengan Yesus? Apa tujuan Yesus naik ke surga? Dan apa yang bisa kita ambil pesan melalui firman Tuhan saat ini sebagai orang percaya?