Mabiga / Renungan Harian 24 Februari 2021
Mazmur 17 :15
Bahasa Indonesia
Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.”
Bahasa Batak
Manang ise na mamelehon hamuliateon, i do na pasangap Ahu, jala mambahen lapang, asa hupatuduhon do ibana hatuaon ni Debata.
Persembahan Syukur yang sejati adalah persembahan yang diberi dengan KEJUJURAN. Ada banyak orang Kristen yang mungkin sudah mentradisikan dalam hidupnya dan juga dalam keluarganya, untuk memberikan persembahan syukur pada TUHAN melalui gerejaNya sebagai bentuk rasa syukur atas berkat yang diterimanya dalam hidupnya saat itu.
Berkat, yang sampai saat ini banyak kita pahami berbentuk materi, dan itulah yang sering kita ucapkan dengan cara bersyukur pada TUHAN. Maka, pemahaman kita akan berkat materi, kita juga akan mengekspresikan rasa syukur itu dalam bentuk materi juga. Tidak ada yang salah dengan hal demikian. Namun, perlu kita ingat memberikan persembahan syukur pada TUHAN harus dari jalan yang JUJUR.
Hal ini penting karena memberikan persembahan itu merupakan salah satu cara kita untuk memuliakan TUHAN. Andai saja memberikan syukur, dalam bentuk apapun itu tapi bila tidak dari jalan yang jujur, apa itu masih layak kita imani sebagai kemuliaan pada TUHAN? Tentu kita setuju untuk mengatakan tidak. Jujur, bukanlah sebatas darimana asal atau dasar kita untuk memberi persembahan syukur itu.
Jujur harus dalam pengertian yang luas. Jujur dalam bersikap, ini adalah yang paling penting dalam persembahan syukur pada TUHAN. Sikap dan hidup kita yang jujur, itulah yang membuat kita memperoleh keselamatan yang akan TUHAN perlihatkan pada kita. Karena itu persembahan syukur bukan menjadi ajang kita untuk membersihkan diri di hadapan TUHAN. Memuliakan TUHAN = memberikan persembahan syukur, tetapi layakkah kita memuliakanNya dengan dengan sikap yang tidak jujur? Keselamatan itu nyata ada, dan TUHAN akan perlihatkan kepada setiap orang yang jujur.
Maka, hidup orang Kristen kelaknya, akan mempertanggungjawabkan setiap sikap dan hidupnya. Marilah kita berlaku jujur pada TUHAN, dan memuliakan Dia dalam hidup kita dengan kejujuran tanpa ada kepurapuraan, TUHAN memberkati kita sekalian, Amin!
sumber: CPdt. Juanri Situmorang, S.Th (Calon Pendeta)