Mabiga / Renungan Harian. Kamis, 01 April 2021
“Getsemani jadi saksi pergumulan-Nya”
Matius 26 : 39b
Bahasa Indonesia
“Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini s lalu 1 dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Bahasa Batak
“Ale Amang, namun na tarbahen, salpuhon ma siinumon on sian Ahu! Alai tahe, unang marguru tu rohangku; roham do!”
Yesus berdoa di Getsemani untuk mengungkapkan perasaan-Nya. Kesedihan-Nya karena penolakan bangsa- Nya, serta kengerian bayangan kematian yang akan dialami-Nya. Yesus mengajak Petrus, Yohanes dan Yakobus berdoa di taman itu dengan harapan mereka dapat mendampingi dan memberi dukungan kepada-Nya. Sayang, di tengah perjuangan menggumuli beban berat Yesus menemukan para murid-Nya tertidur tanpa beban.
Sekalipun Yesus telah meminta mereka untuk berjaga-jaga, mereka tetap tertidur. Wajar jika Yesus merasa berat, sehingga seandainya mungkin Ia ingin cawan itu lalu dari pada-Nya.
Apakah Yesus berpikir bahwa salib-Nya terlalu berat; kemudian dia teringat bagian akhir doa Yesus di taman Getsemani, “Bukan kehendak-Ku, tapi kehendak-Mu, Bapa.” Namun demikian Yesus tidak memaksa Allah menggagalkan rancangan-Nya atau menggantinya dengan plan B yang memungkinkan Yesus terhindar dari salib.
Melalui doanya Yesus tidak berusaha menegosiasi Allah. Ia datang kepada-Nya karena Allah adalah sumber kekuatan sejati. Ia berharap supaya dimampukan, memiliki kesiapan hati melakukan tugas perutusan-Nya. Ia berserah, menundukkan diri dalam kehendak Bapa.
Dalam kemanusiaanNya, Yesus memang sempat memikirkan untuk lari dari kenyataan, sehingga Ia berkata: “Ya, Bapa-Ku jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku,” (ayat 39). Ia memikirkan mungkin ada cara lain yang bisa Ia dapatkan sebagai peluang kedua. Akan tetapi Yesus sadar, sebagai utusan Allah, Ia tidak boleh menghindar dari kenyataan.
Sebab Ia tahu, Ia diutus bukan untuk mati ditaman Getsemani, tetapi Ia di utus untuk mati di atas kayu Salib.
Hal ini membuktikan bahwa penderitaan tidak dapat dielakkan lagi, Namun, Yesus bersedia menjalaniNya, karena kecintaanNya pada Bapa dan kepada manusia yang percaya padaNya. Doa Yesus mengungkapkan satu rahasia keberhasilan doa.
Bahwa bukan doa yang penuh dengan keegoisan yang Yesus ajarkan, tetapi doa yang penuh penyerahan diri. Bukan doa yang memimpin kehendak Bapa, tetapi doa yang dipimpin oleh kehendak Bapa.
Kesulitan yang terjadi atas kehendak Allah adalah proses yang memungkinkan kita mengalami pertumbuhan iman. Tetapi banyak orang yang menghindarinya. Mereka lebih senang menerima mukjizat kemudahan. Lantas, akankah kita menolak untuk taat dan memaksa Tuhan menuruti keinginan kita? Tuhan Yesus tidak mengajar kita untuk menyerah, melainkan berserah diri kepada Allah. Karena doa dan penyerahan diri kepada Allah memberi kekuatan dan kemampuan bagi kita untuk tetap taat di tengah situasi yang kelihatannya mustahil untuk taat.
KEMBALI kepada FIRMAN ALLAH!
Tuhan Memberkati
Salam dari Team Pelayanan Digital HKBP Kasih Prabumulih.
Selamat berkarya!
Hubungi Kami