EMPATI
Mabiga (Renungan Harian) Sabtu, 25 September 2021
Roma 12 : 15
Bahasa Indonesia
Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!
Bahasa Batak
Marlas ni roha ma hamu rap dohot angka na marlas ni roha, jala tangis ma hamu rap dohot angka na tangis!
Membangun kebersamaan tidak mudah. Semakin banyak orang di dalam sebuah kelompok, semakin banyak perbedaan dan potensi konflik. Paulus memahami hal ini dan memberikan nasihat kepada jemaat bagaimana membangun kebersamaan sebagai anggota tubuh Kristus.
Bersukacita dengan orang bersukacita bukanlah persoalan yang sulit sebab jiwa manusia memang bersimpati (rasa tertarik) pada sukacita. Hanya saja jangan sampai karena ikut bersukacita dengan sesama yang bersukacita, malahan kehadiran kita menyebabkan dukacita bagi sesama. Menangis dengan orang yang menangis tidak selamanya berarti meneteskan air mata tetapi bagaimana kita turut merasakan keadaan orang lain yang bersedih; memiliki empati.
Secara Keseluruhan dari surat roma 12 ini, Paulus mencoba untu membangkitkan semangat menjunjung tinggi persatuan dan kesehatian (14-16). Kita harus selalu menunjukkan kebaikan, meskipun kepada orang yang menganiaya kita. Ketika orang lain sedang bersusah hati, kita ikut bersusah hati, demikian pula sebaliknya, ketika orang lain bersukacita, kita pun larut di dalamnya. Simpati dan empati adalah dua kata yang amat dalam dan penting artinya di dalam memelihara kesatuan. Kita diminta untuk tidak merasa lebih unggul, lebih pandai, atau lebih penting daripada orang lain. Sikap demikian adalah penghancur kesatuan dan kesehatian. Berusahalah hidup damai dengan semua orang (17-20). Bahkan dengan musuh yang paling menyakitkan pun, orang Kristen harus berinisiatif untuk hidup damai dan berdamai.
Dalam dunia serba sibuk, orang asyik dengan dirinya. Kepentingan pribadi membawa dia berkonsentrasi pada diri sendiri. Kita sadar bahwa banyak sekali urusan yang menyedot perhatian kita, dan sering sulit dihindarkan. Problem utama orang modern adalah: merasa ditinggalkan, merasa ditolak dan merasa tidak dikasihi. Sebenarnya teknologi modern membantu kita. Jika secara fisik langsung kita tidak selalu bisa hadir, telpon, video call atau voice call sewaktu-waktu bisa membantu kita. Yang penting, kita merawat jiwa solidaritas kita. Dalam suasana apapun mereka tidak merasa ditinggalkan oleh Anda ataupun saya.
Orang yang tidak bisa merasakan sukacita dengan orang yang bersukacita dan tidak turut merasakan dukacita sesamanya adalah orang yang mati rasa; tidak menikmati hidup yang sesungguhnya sebab manusia adalah makhluk sosial yang tidak baik kalau hanya seorang diri (bandingkan Kejadian 2:18). Pada sisi yang terkait, ayat ini bisa menjadi pengingat bagi setiap orang bahwa hidup orang percaya adalah panggilan untuk mendatangkan sukacita setiap waktu termasuk dengan turut berempati pada yang sedang menangis karena ada dukacita dalam hidupnya.
KEMBALI kepada FIRMAN ALLAH!
Tuhan Memberkati
Salam dari Team Pelayanan Digital HKBP Kasih Prabumulih.
Selamat berkarya!
sumber: Pdt. Maruli N. Manurung, S.Th