“Keluar dari Zona Nyaman”
Mabiga (Renungan Harian) Selasa, 29 Juni 2021
Wahyu 3 : 1
Bahasa Indonesia
Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!
Bahasa Batak
Surathon ma tu suruan ni huria Sardes: On do hata ni Partondi na pitu na sian Debata jala Parbintang na pitu: Huboto do angka ulaonmu; na targoar do ho mangolu, hape na mate do!
“Tidak ada contoh lain yang lebih jelas di banding Sardis dalam hal perbedaan menyedihkan antara kejayaan masa lalu dan kehancuran masa kini. Sardis adalah kota kemunduran. Orang-orang Sardis merasa terlalu aman sehingga tidak butuh penjagaan, maka jatuhlah sardis. Kota dengan sejarah seperti itu tentunya memahami apa yang dimaksud Kristus yang Bangkit Ketika Ia mengatakan: Berjaga-jagalah..”
Kota Sardis terkenal karena kekayaannya, penduduk kota Sardis hidup dengan kemakmuran oleh karena kekayaan alam berua emas. Tidak terkecuali jemaat Kristen yang ada di Sardes, mereka sama dengan penduduk lainnya yang merasakan kemakmuran kota Sardes. Sehingga jemaat di Sardes tidak seperti jemaat di daerah lainnya yang saat itu menghadapi berbagai tekanan, penganiayaan dan juga ajaran sesat. Walaupun orang Kristen di Sardes hidup berdampingan dengan orang-orang yang berbeda kepercyaan, orang Kristen sangat di hargai di kota itu.
Namun, dibalik kenyamanan mereka sebagai orang Kristen tidak dipakai untuk pertumbuhan iman. Disinilah teguran keras disampaikan oleh Tuhan. Bahwa Tuhan melihat semua kehidupan gerejaNya, dibalik kenyamanan mereka Tuhan tidak melihat pekerjaan yang sempurna diadapanNya. Walaupun mereka hidup sebagai seorang Kristen, namun mereka mati secara rohani. Inilah yang menjadi peringatan Tuhan kepada jemaat Sardis supaya mereka bertobat dan kembali sebagaimana ketika mereka menerima Injil kebenaran Tuhan.