Mabiga / Renungan Harian. 23 Februari 2021
Mazmur 17 : 15
Bahasa Indonesia
Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajahMu, dan pada waktu bangun aku menjadi puas dengan rupaMu.
Bahasa Batak
Alai anggo ahu sai idaonku do sogot bohiM, marhitehite hatigoran, pamahaponku ma rohangku marnida rupaM, ia dung tarsunggul ahu muse
“Manusia merupakan salah satu makhluk yang sulit untuk merasa puas”, perkataan itu tentu sering kita dengar, terlebih dalam khotbah atau renungan rohani. Tapi itulah nyata dari kehidupan banyak manusia, yang memang sulit merasakan kepuasan pada hidupnya, tidak terlepas siapa dan apa pekerjaannya. Renungan kita di hari ini, merupakan ayat terakhir pada pasal 17 yang merupakan syair penutup doa dari Daud memohon keadilan kepada TUHAN, agar TUHAN bertindak untuk menghakimi para musuhnya. Kepuasan yang dicari Daud adalah kepuasan yang membuahkan kebahagiaan.
Dewasa ini, banyak orang yang merasa cepat puas akan hasil atau buah dari yang ia lakukan. Tetapi belum tentu hasil itu adalah kepuasan dan kebahagiaan yang nyata. Hal yang demikianlah yang membuat kita, dan banyak manusia lain yang tidak cukup puas akan yang ia capai, karena tidak menghasilkan kebahagiaan. Daud juga mencari kepuasan yang bisa membuat ia bahagia. Tentu, nats ini mengingatkan kita akan bagaimana cara untuk merasa puas, dan mencari kepuasan dalam hidup ini.
Tentu sangat manusiawi bila kita berkata, kita akan puas secara hidup bila ekonomi baik, pendidikan tinggi, dan keturunan berguna. Tetapi, bila hal itu kita jadikan capaian kepuasan, maka untuk mencapai itu semua kita akan merasakan adanya pengorbanan. Bila serius untuk menaikan level ekonomi, kita akan tersita dengan waktu dan juga bisa mengurangi perhatian kepada anak, atau bahkan kepada sekitar. Sederhananya, setiap hal yang mau kita capai, dan kita rasa itu bisa membuat kita puas, itu akan siasia bila ada hal yang lain yang harus dikorbankan, maka sulitlah untuk mendapat kebahagiaan.
Kita mau belajar dari Daud, yang mencari kepuasan dan juga mendapat kebahagian dari wajah Allah yang ia cari. Ketergantungan Daud pada TUHAN, ternyata itulah yang membuat ia benar-benar merasakan kebahagiaan. Karena titik capaian Daud ialah kebahagiaan yang TUHAN beri. Kepuasan sejati itu akan diperoleh bila mengimani rupa Allah ada pada hidup masing-masing. Daud mengimani bahwa ia tidak mementingkan kesesuaian kebahagiaan dengan dunia, bagi Daud lebih baik tidak sesuai dengan dunia dan melawan dunia tetapi serasi dengan yang Allah inginkan.
Daud tidak merasakan puas bila dendam ia dapat tersalurkan dengan hancurnya para musuh, tetapi Daud merasa terpuaskan dengan Kasih dan Setia TUHAN yang selalu mendengar dan menolongnya. Marilah kita meletakan kepuasan kita bukan pada titik capaian dunia yang kelam ini, tetapi kita letakkan pada titik kebahagiaan yang akan kita dapat, bila kita mencari kebenaran dalam memandang rupa Allah, TUHAN memberkati kita, Amin!
sumber: CPdt. Juanri Situmorang, S.Th (Calon Pendeta)