“Menuntaskan Kesesakan”
Mabiga (Renungan Harian) Sabtu, 26 Juni 2021
Mazmur 138 : 7 Bahasa Indonesia Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku. Bahasa Batak Molo mardalandalan ahu di parsitongaan ni hagogotan, dipangolu Ho do ahu, diondingkon Ho do tanganmu dompak muruk ni angka musungku, jala ditumpahi siamunmi do ahu.
Manusia memiliki berbagai keterbatasan dan kekurangan. Tidak selalu manusia di jalan yang lancar dan lurus. Ada kalanya berkelok-kelok bahkan penuh onak dan duri. Bagaimana dengan kita sepanjang hari ini? Adakah masalah yang membelenggu? Adakah persoalan yang masih belum selesai atau terpecahkan.
Biasanya orang akan bersorak-sorai dan beria-ria ketika sesuatu yang menyenangkan dialaminya. Itu adalah ekspresi wajar. Namun jika yang dihadapi adalah penderitaan dan kesesakan, adakah sorak-sorai dan tawa lepas? Justru yang terjadi sebaliknya: sedih, murung, kecewa dan putus asa.
Mari perhatikan juga perkataan nabi Habakuk ini: “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (Habakuk 3:17-18).
Saat itu Habakuk sedang dihadapkan pada situasi yang sangat sulit: melihat kejahatan yang dilakukan orang-orang sebangsanya dan juga penindasan dari bangsa kafir, yang akan berdampak terhadap kehidupan kala itu, terutama bidang perekonomian.
Habakuk menggambarkan keterpurukan ekonomi dengan ketiadaan hasil ladang (pohon ara, anggur, zaitun) dan juga terhalaunya ternak (kambing domba, lembu sapi). Keadaan yang sangat memprihatinkan! Namun Habakuk tidak menyerah pada keadaan, ia berjuang melawan fakta yang ada dengan menguatkan imannya kepada Tuhan: “Allah Tuhanku itu kekuatanku;” (Habakuk 3:19a).
Memang, perjalanan hidup ini bukanlah perkara yang mudah, begitu banyak pergumulan yang harus kita hadapi. Namun bukan berarti kita harus kehilangan sukacita dan tenggelam di dalamnya, karena “… hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat” (2 Korintus 5:7). Jadi tetaplah mengucap syukur, sebab “…Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,” (Roma 8:28).
Kasih Tuhan tidak pernah berkesudahan dan janji-Nya tak ada yang tak pernah ditepati-Nya. Biarlah sikap dan langkah Habakuk dalam menghadapi persoalan yang berat ini menginspirasi kita dan kita teladani.
Yesus menasihatkan kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. (Matius 6:34). Rasul Paulus juga menasihatkan janganlah simpan amarahmu sampai matahari terbenam. (Efesus 4:26). Nasihat ini sangat manusiawi dan bisa kita laksanakan. Yang penting maukah kita melakukannya? Karena diperlukan keikhlasan dan kerendahan hati.
Dan selanjutnya kita mencontoh sikap Raja Daud, bersyukur dan menyerahkan dalam tangan Tuhan, dan Ia yang Maha pemurah akan menyelesaikan bagi kita seturut kehendak-Nya.
KEMBALI kepada FIRMAN ALLAH! Tuhan Memberkati
Salam dari Team Pelayanan Digital HKBP Kasih Prabumulih. Selamat berkarya!
Sumber: Pdt. Maruli N. Manurung, S.Th